Senin, 03 Juli 2017

HAQIQAT SHOLAT MENURUT KITAB DURRUN NAFIS


HAQIQAT SHOLAT
Sholat adalah perintah wajib dan juga penyembahan kepada Allah, yang di terima langsung oleh Rasulullah di alam Ketuhanan, oleh karena itu pastilah sangat istimewa dan mengandung banyak rahasia yang tersembunyi, jika kita hanya skedar melihat gerakannya saja,kita pasti akan bertanya-tanya, kok penyembahan kepada Allah seperti itu? Berdiri,Rukuk,Sujud dan Iftidal, kelihatan sangat aneh, dan kadang menjadi bahan olok-olok bagi non muslim, bahkan kelihatan cara mereka menyembah kelihatan lebih hikmah.oleh karna itu, sebagai muslim kita wajib mengetahui hakikat dari Sholat, baik itu gerakannya, maupun hal yang tersembunyi dibalik gerakan itu, adapun kemudian daripada itu sholat bukan sekedar daripada memuji Allah dan mengucapkan shalawat kepada Rasulullah SAW.
Bahwasanya diceritakan dari Abdullah Bin Umar r.a, berkata aku datang ke hadapan Rasulullah SAW, minta belajar ilmu Jibril a.s, daripada ilmu yang sempurna dunia dan akhirat, yaitu membiasakan dari hakikat didalam shalat lima waktu. Ini perkara wajib bagi kita untuk mengetahuinya. Lalu dijelaskanlah bahwa pertama kali bermula hakikatnya didalam shalat itu atas 4 (empat) perkara :
1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU’ (MUNAJAH).
3. SUJUD (MI’RAJ).
4. DUDUK (TABDIL).
Adapun hakikatnya :
  1. BERDIRI ( IHRAM) itu karena huruf ALIF penyembahanannya API, bukan api pelita dan bukan pula api bara. Adapun artinya API itu bersifat JALALULLAH, yang artinya sifat KEBESARAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
    • KUAT.
    • LEMAH.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga, karena hamba itu tidak mempunyai KUAT dan LEMAH karena hamba itu di-KUAT-kan dan di-LEMAH-kan oleh ALLAH, bukan kudrat dan iradat Allah itu yang lemah karna Maha Kuat Allah dan Maha Suci Allah dari Sifat kelemahan. Adapun sifat lemah itu pada sifat kita yang baharu ini. Maka yang dihilangkan tatkala BERDIRI itu ada pada segala AF’AL (perbuatan) hamba yang baharu.
Penjelasan :
Bahwa sesungguhnya segala gerak adalah gerak Allah semata-mata, Mahluk hanya di beri gerak atau sekedar menerima Astar Ilahi semata, Allah yang berdiri sendiri, “Wa Qiamu Binafsihi” Maka berdirinya seorang hamba didalam Sholatnya tiada lain hanya diberi kekuatan dari sifat Qiamunnya Allah, maka hilangkanlah Af’al atau perbuatan hamba (baharu) karna pada hakikatnya, yang ada hanya Af’al Allah semata.
  1. RUKU’ (MUNAJAH) itu karena huruf LAM Awal, penyembahannya ANGIN, bukannya angin barat dan bukan pula angin timur. Adapun artinya ANGIN itu bersifat JAMALULLAH yang artinya sifat KEELOKAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
    • TUA.
    • MUDA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak mempunyai TUA dan MUDA. Adapun yang dihilangkan tatkala RUKU’ itu adalah pada segala ASMA (nama) hamba yang baharu.
  1. SUJUD (MI’RAJ) itu karena huruf LAM Akhir, penyembahannya AIR, bukannya air laut dan bukan pula air sungai. Adapun artinya AIR itu bersifat QAHAR ALLAH yang artinya sifat KEKERASAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
    • HIDUP.
    • MATI.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak pun mempunyai HIDUP dan MATI. Adapun yang dihilangkan tatkala SUJUD itu adalah pada segala NYAWA (sifat) hamba yang baharu.
  1. DUDUK (TABDIL) itu karena huruf HA, penyembahannya TANAH, bukannya pasir dan bukan pula tanah lumpur. Adapun artinya TANAH itu bersifat KAMALULLAH yang artinya sifat KESEMPURNAAN ALLAH TA’ALA, yang terdiri atas 2 (dua) perkara :
    • ADA.
    • TIADA.
Yang merupakan kudrat dan iradat-Nya juga. Adapun hamba itu tidak ADA dan TIADA. Adapun yang dihilangkan tatkala DUDUK itu adalah pada segala WUJUD/ZAT hamba yang baharu, karena hamba itu wujudnya ADAM yang artinya hamba tiada mempunyai wujud apapun karena hamba itu diadakan/maujud, hidupnya hamba itu di-hidupkan, matinya hamba itu di-matikan dan kuatnya hamba itu di-kuatkan.
Itulah hakikatnya shalat. Barangsiapa shalat tidak tahu akan hakikat yang empat tersebut diatas, shalatnya hukumnya KAFIR JIN dan NASRANI, artinya KAFIR KEPADA ALLAH, ISLAM KEPADA MANUSIA, yang berarti KAFIR BATHIN, ISLAM ZHAHIR, hidup separuh HEWAN, bukannya hewan kerbau atau sapi. Tuntutan mereka berbicara ini wajib atas kamu. Jangan shalat itu menyembah berhala !!!.
INILAH PASAL
Masalah yang menyatakan sempurnanya orang TAKBIRATUL IHRAM, yaitu hendaklah tahu akan MAQARINAHNYA.
Bermula MAQARINAH shalat itu terdiri atas 4 (empat) perkara :
1. BERDIRI (IHRAM).
2. RUKU’ (MUNAJAH).
3. SUJUD (MI’RAJ).
4. DUDUK (TABDIL).
Adapun hakikatnya BERDIRI (IHRAM) itu adalah terdiri dari 2 kalimat yakni ALLAHU dan AKBAR, jika kita sedikit berfikir, kenapa Takbiratul Ihkram itu dimulai dengan kalimat Allahu Akbar, kenapa bukan dengan kalimat Allahu Kabirun (yang berarti sama) Allah Maha Besar., atau dengan kalimat yang lain? Sesungguhnya Takbiratul Ihkram adalah Musahadah, menghilangkan sifat baharu hingga yang ada hanya sifat Qadim Allah semata, Allah adalah Ismu Dzat dan Akbar adalah Ismu Sifat. Sesungguhnya tiadalah sifat Allah berpisah dari DzatNya, jadi hakikat dari Takbiratul Ihkram adalah Penyatuan ALIF Allah dan ALIF Akbar , La Maujuda Illallah, La Maksuda Illallah, Hilangkan sifat baharu yang ada hanya Allah semata, artinya : tiada akan tahu dirinya lagi, lupa jika sedang menghadap Allah Ta’ala, siapa yang menyembah?, dan siapa yang disembah?.
Adapun hakikatnya RUKU’ (MUNAJAH) itu adalah BERKATA-KATA, artinya : karena didalam TAKBIRATUL IHRAM itu tiada akan menyebut dirinya (asma/namanya), yaitu berkata hamba itu dengan Allah. Separuh bacaan yang dibaca didalam shalat itu adalah KALAMULLAH.
Adapun hakikatnya SUJUD (MI’RAJ) itu adalah TIADA INGAT YANG LAIN TATKALA SHALAT MELAINKAN ALLAH SEMATA.
Adapun hakikatnya DUDUK (TABDIL) itu adalah SUDAH BERGANTI WUJUD HAMBA DENGAN TUHANNYA.
Sah dan maqarinahnya shalat itu terdiri atas 3 (tiga) perkara :
1. QASHAD.
2. TA’ARADH.
3. TA’IN.
Adapun QASHAD itu adalah menyegerakan akan berbuat shalat, barang yang dishalatkan itu fardhu itu sunnah.
Adapun artinya TA’ARRADH itu adalah menentukan pada fardhunya empat, tiga atau dua.
Adapun TA’IN itu adalah menyatakan pada waktunya, zhuhur, ashar, maghrib, isya atau subuh.
Masalah yang menyatakan sempurnanya didalam shalat :
Adapun sempurnanya BERDIRI (IHRAM) itu hakikatnya : Nyata kepada Af’AL Allah.
Hurufnya ALIF.
Alamnya NASUWAT.
Tempatnya TUBUH, karena tubuh itu kenyataan SYARIAT.
Adapun sempurnanya RUKU’ (MUNAJAH) itu hakikatnya : Nyata kepada ASMA Allah.
Hurufnya LAM Awal.
Alamnya MALAKUT.
Tempatnya HATI, karena hati itu kenyataan THARIQAT.
Adapun sempurnanya SUJUD (MI’RAJ) itu hakikatnya :Nyata kepada SIFAT Allah.
Hurufnya LAM Akhir.
Alamnya JABARUT.
Tempatnya NYAWA, karena Nyawa itu kenyataan HAKIKAT.
Adapun sempurnanya DUDUK (TABDIL) itu hakikatnya : Nyata kepada ZAT Allah.
Hurufnya HA.
Alamnya LAHUT.
Tempatnya ROHANI, karena ROHANI itu kenyataan MA’RIFAT.
Adapun BERDIRI (IHRAM) itu kepada SYARIAT Allah. Hurufnya DAL.
Nyatanya kepada KAKI kita.
Adapun RUKU’ (MUNAJAH) itu kepada THARIQAT Allah. Hurufnya MIM.
Nyatanya kepada PUSAT (PUSER) kita.
Adapun SUJUD (MI’RAJ) itu kepada HAKIKAT Allah.Hurufnya HA.
Nyatanya kepada DADA kita.
Adapun DUDUK (TABDIL) itu kepada MA’RIFAT Allah. Hurufnya MIM Awal.
Nyata kepada KEPALA (ARASY) kita.
Jadi Orang Shalat membentuk huruf MUHAMMAD.
INILAH PASAL
Asal TUBUH kita (jasmaniah) kita dijadikan oleh Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. API.
2. ANGIN.
3. AIR.
4. TANAH.
Adapun NYAWA kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. WUJUD.
2. NUR ILMU.
3. NUR.
4. SUHUD.
Adapun MARTABAT Tuhan itu ada 3 (tiga) perkara :
1. AHADIYYAH.
2. WAHDAH.
3. WAHIDIYYAH.
Adapun TUBUH kita dijadikan Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. WADIY.
2. MADIY.
3. MANIY.
4. MANIKAM.
Masalah yang menyatakan jalan kepada Allah Ta’ala atas 4 (empat) perkara :
1. SYARIAT. = AF’AL. = BATANG TUBUH.
2. THARIQAT. = ASMA. = HATI. DIRI
3. HAKIKAT. = SIFAT. = NYAWA. KITA
4. MA’RIFAT. = RAHASIA. = SIR.
Adapun hakikatnya :
SYARIAT itu adalah KELAKUAN TUBUH.ü
THARIQAT itu adalah KELAKUAN HATI.ü
HAKIKAT itu adalah KELAKUAN NYAWA.ü
MA’RIFAT itu adalah KELAKUAN ROHANI.ü
Adapun yang tersebut diatas itu nyata atas penghulu kita Nabi MUHAMMAD. Karena lafadz MUHAMMAD itu 4 (empat) hurufnya yaitu :
1. MIM Awal.
2. HA.
3. MIM Akhir.
4. DAL.
Adapun huruf MIM Awal itu ibarat KEPALA.
Adapun huruf HA itu ibarat DADA.
Adapun huruf MIM Akhir itu ibarat PUSAT (PUSER).
Adapun huruf DAL itu ibarat KAKI.
Adapun huruf MIM Awal itu MAQAM-nya kepada alam LAHUT.
Adapun huruf HA itu MAQAM-nya kepada alam JABARUT.
Adapun huruf MIM Akhir itu MAQAM-nya kepada alam MALAKUT.
Adapun huruf DAL itu MAQAM-nya kepada alam NASUWAT.
Sah dan lagi lafadz ALLAH terdiri dari 4 (empat) huruf :
1. ALIF.
2. LAM Awal.
3. LAM Akhir.
4. HA.
Adapun huruf ALIF itu nyatanya kepada AF’AL Allah.
Adapun huruf LAM Awal itu nyatanya kepada ASMA Allah.
Adapun huruf LAM Akhir itu nyatanya kepada SIFAT Allah.
Adapun huruf HA itu nyatanya kepada ZAT Allah.
Adapun AF’AL itu nyata kepada TUBUH kita.
Adapun ASMA itu nyata kepada HATI kita.
Adapun SIFAT itu nyata kepada NYAWA kita.
Adapun ZAT itu nyata kepada ROHANI kita.
Masalah yang menyatakan ALAM. Adapun ALAM itu atas 2 (dua) perkara :
1. ALAM KABIR (ALAM BESAR/ALAM NYATA).
2. ALAM SYAQIR (ALAM KECIL/ALAM DIRI KITA).
Adapun ALAM KABIR itu adalah alam yang NYATA INI.
Adapun ALAM SYAQIR itu adalah alam DIRI KITA INI.
ALAM KABIR (ALAM BESAR) itu sudah terkandung didalam ALAM SYAQIR karena ALAM SYAQIR itu bersamaan tiada kurang dan tiada lebih, lengkap dengan segala isinya bumi dan langit, arasy dan kursy, syurga, neraka, lauhun (tinta) dan qolam (pena), matahari, bulan dan bintang.
Adapun BUMI / JASMANI didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis yaitu :
1. BULU.
2. KULIT.
3. DAGING.
4. URAT.
5. DARAH.
6. TULANG.
7. LEMAK (SUM-SUM).
Adapun LANGIT / ROHANI (OTAK/ARASY) didalam tubuh kita itu terdiri atas 7 (tujuh) lapis pula :
1. DIMAK (LAPISAN BERPIKIR/RUH NABATI).
2. MANIK (LAPISAN PANDANGAN/RUH HEWANI).
3. NAFSU (RUH JASMANI).
4. BUDI (RUH NAFASANI).
5. SUKMA (RUH ROHANI).
6. RASA (RUH NURANI).
7. RAHASIA (RUH IDHAFI).
Adapun MATAHARI didalam tubuh kita yaitu NYAWA kita.
Adapun BULAN didalam tubuh kita yaitu AKAL kita.
Adapun BINTANG didalam tubuh kita yaitu ILMU kita (ada yang banyak dan ada pula yang sedikit).
Adapun SYURGA didalam tubuh kita yaitu AMAL SHALEH kita.
Adapun NERAKA didalam tubuh kita yaitu DOSA-DOSA kita.
Adapun LAUT didalam tubuh kita ada 2 (dua) yaitu :
1. LAUT ASIN.
2. LAUT TAWAR.
Adapun LAUT ASIN didalam tubuh kita yaitu AIR MATA dan KERINGAT kita.
Adapun LAUT TAWAR didalam tubuh kita yaitu AIR LUDAH kita.
Adapun MAHLIGAI didalam tubuh kita ada 7 (tujuh) pula yaitu :
1. KULLU JASAD (seluruh tubuh / ruhul hayat )
2. AN-NATIQA ( Di Dahi / fikiran )
3. AL-AKFA ( Tengah dada / nafsun )
4. AL-KHAFI ( diatas tete kanan / budi pekerti )
5. AL-QALBI. ( di bawah tetek kiri )
6. AR-RUHI ( di bawah tetek kanan )
7. AS-SIRRI ( diatas tetek kiri ).
Semoga penjelasan ini bermanfaat untuk kita semua, kalaupun ada kekurangan atau kekeliruan, itu semua karna kelemahan diriku sebagai seorang hamba.

Minggu, 02 Juli 2017

TAUHIDUZ ZAT MENURUT KITAB DURRUN NAFIS


Ketika semua makhluk belum ada, bumi dan langit belum diciptakan, surga dan neraka belum ada. Kondisi itu oleh kalangan para ahli tasawuf di dikenal dengan sebutan “ Alam Sunyi“.
Pada keadaan  Alam Sunyi tersebutlah Zat berdiri  dengan nur-Nya dan dengan Nur-Nya itu Zat berdiri dengan sendirinya , tanpa sebab yang menyebabkannya.
Tahap selanjutnya dari Nur-Nya timbullah sifat Ujud dari Zat yang berarti Ada, Dan mulai saat itu Zat tersebut menjadi ada dengan sifat Ujudnya atau Adanya Zat tersebut dengan sifat ujud-Nya tersebut. Sehingga tanpa sifat ujud itu, Zat hanyalah Zat semata-mata karena belum ada sifat yang menyebabkan adanya. Dengan telah adanya sifat Ujud yang berarti Ada, Ada-Nya Zat itu dimulai dengan terpancarnya Nur dari Zat, sehingga Nur  yang terpancar dari Zat adalah sesuatu yang membuktikan Adanya Zat. Tanpa Nur yang memancar dari Zat, sifat Ujud dari Zat tidak boleh dibuktikan.
Ini merupakan pemahaman yang sangat penting, karena sebagai makhluk, kita tidak diberi hak atau kita tidak diberi kuasa ilmu untuk membicarakan tentang Zat Tuhan. Sebagai makhluk, kita hanya diberi wewenang sebatas kajian tentang Perbuatan Tuhan ( Zat ) saja. iaitu sesuatu yang sudah diciptakan dan atau dilahirkan oleh Tuhan ( Zat ) atau sesuatu yang sudah ada dan diadakan, sehingga apabila sesuatu itu telah ada, kita boleh dan diberi hak untuk melakukan kajian dan pembahasan sesuai dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki.
Kembali kepada pancaran Nur yang menjadi bukti dari Adanya Zat yang sebelumnya Zat berdiri sendiri dengan Nur-Nya, maka selanjutnya Nur tersebutlah yang melahirkan sifat-sifat dari Zatsecara keseluruhan.
Nur yang memancar dari Zat itulah yang kemudian difahami sebagai Nur Muhammad.
Hai ahli kitab, Sesungguhnya Telah datang kepadamu Rasul kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak ( pula yang ) dibiarkannya. Sesungguhnya Telah datang kepadamu Cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan  (n QS : 005.  : Al Maa-idah : Ayat : 015 ]
Cahaya Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dan Kitab Maksudnya: Al Quran.
Jabir ibn `Abd Allah r.a. berkata kepada Rasullullah s.a.w:
“Wahai Rasullullah, biarkan kedua ibu bapa ku dikorban untuk mu, khabarkan perkara yang pertama Allah jadikan sebelum semua benda.” Baginda berkata: “Wahai Jabir, perkara yang pertama yang Allah jadikan ialah cahaya Rasulmu daripada cahaya-Nya, dan cahaya itu tetap seperti itu di dalam Kekuasaan-Nya selama Kehendak-Nya, dan tiada apa, pada masa itu  ( Hr : al-Tilimsani, Qastallani, Zarqani ) `Abd al-Haqq al-Dihlawi mengatkan bahwa hadist ini sahih
Kemudian dari Nur Muhammad terciptalah LauhArasy , Qalam. Qalam kemudian diperintah untuk menulis ‘la ilaha illa’Allah Muhammadun Rasulullah’ selanjutnya Qalam melanjutkan penulisan penciptaan seperti bumi dan langit, surga dan neraka, malaikat dan iblis serta semua makhluk lainnya termasuk manusia dan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul serta umatnya yang tunduk dan umat yang durhaka sampai hari kiamat kelak yang kemudia dikenal dengan Qadha dan Qadar serta dari Nur Muhammad itu jugalah kemudian tercipta Adam AS.
“ Bila Tuhan menjadikan Adam, Dia menurunkan aku dalam dirinya ( Adam ). Dia meletakkan aku dalam Nuh semasa di dalam bahtera dan mencampakkan aku ke dalam api dalam diri Ibrahim. Kemudian meletakkan aku dalam diri yang mulia-mulia dan memasukkan aku ke dalam rahim yang suci sehingga Dia mengeluarkan aku dari kedua ibu-bapa ku. Tiada pun dari mereka yang terkeluar “. ( HR  : Hakim, Ibn Abi `Umar al-`Adani )
Dari pemahaman yang singkat di atas, dapat kita membuat suatu kesimpulan dengan pemahaman bahwasebelum Allah di sebut Tuhan, maka yang ada pada saat itu hanyalah Zat semata-mata yang terdiri dengan sendirinya, dengan Nur-Nya dan  Allah baru menyatakan dirinya sebagai Tuhan setelah Allah melahirkan sifat-sifatnya melalui Nurnya tersebut. Nur Allah itu kemudian dinyatakan sebagai Nur Muhammad, sehingga melalui Nur Muhammad tersebutlah Allah melahirkan sifat-sifat ketuhanan pada makhluk-Nya.
Selanjutnya melalui risalah yang singkat ini, dapatlah kiranya dipahami sedikit lebih tentang tentang konsep pemahaman yang menyatakan bahwa “ Zat pada Allah, Sifat Pada Muhammad, Rupa pada Adam dan Rahasia pada Diri Kita “
Sebagai catatan dari risalah ini perlu disampikan bahwa kalimat “ Zat berdiri dengan Nur-Nya “ bukan difahami dengan kosep “ Zat “ dan “ Nur “ yang terpisah. Pemisahan dilakukan hanyalah semata-mata untuk membangun pengertian dan pemahaman tentang Kelahiran Sifat dari Zat. Terakhir, saya berharap semoga kajian ini boleh menambah konsep pemahaman kita dan sebagai tambahan bahan dalam diskusi pada majelis masing-masing.
Allah SWT adalah wajibul-wujud bagi zatNya, dan sifat wujud Allah SWT adalah wajib dan lazim dalam zatNya.
Oleh karena itu wujud zat Allah tidak boleh terhalang oleh tidak ada.
Allah wujud karena zatNya dan bukan karena yang lain.
Wajibul-wujud Allah adalah wajibul-wujud bagi zatNya yang tidak membutuhkan sesuatu pun selain Allah.
Sebaliknya, wujudnya sesuatu selain Allah membutuhkan kepada wujud zat Allah.
Dengan demikian, zat Allah adalah Esa, dan tidak ada yang menyerupainya.
Allah adalah Zat yang bersifat Ujud  (Wujud)  yang berarti ada. Allah ada dengan sendirinya. Tidak disebabkan oleh sesuatu sebab dan tidak diakibatkan oleh suatu akibat. Dialah Tuhan yang awal dan yang akhir dan daripada-Nya tersebab adanya segala sesuatu. Sehingga dengan tersebab karena Allah adanya segala sesuatu itu, maka tidak ada segala sesuatu itu yang tidak berasal dari pada Allah. Dan tidak ada segala sesuatu itu melainkan hanya Allah yang wajib Wujud saja.
Wujud adalah sifat yang utama yang dilahir dari Zat sebagai bukti keber-ada-an-Nya. Dari sifat Ujud tersebutlah dilahirkan sekalian sifat yang dikandung oleh Sifat Zat, karena mustahil Zat itu mempunyai sifat Kuasa dan atau Maha Kuasa apabila Zat itu tidak bersifat Wujud.
Sehingga ketika lenyap sifat Wujud tersebut pada diri makhluk karena hanya Allah saja yang wajib Wujud, maka lenyap pulalah seluruh sifat yang diakibatkan oleh sifat Wujud tersebut pada diri makhluk. Yang tinggal hanyalah Sifat Zat semata-mata, yaitu Allah. 
Dengan memahami terminologi bahasa bahwa, sifat adalah sesuatu yang menjadi pertanda dari keberadaan suatu zat, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan suatu zat dapat dirasakan dengan merasakan keberadaan sifatnya, Dimana ada zat, maka disanalah juga berada sifatnya.panas di utara apabila apinya ada di selatan. Apabila panasnya terasa di utara, maka apinya pasti ada di utara , Dimana ada Sifat disitulah Zat berada. Tidak mungkin kita merasakan juga.
 ” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. “( QS : 02. Al Baqarah : Ayat : 186 ).
” dan kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya “, ( QS : 50. Qaaf : Ayat : 16 )
Mungkin hanya sampai disini saya bisa menjelaskan tentang , Hakikat Tuhan , dalam Blog Kajian Hakikat Tauhid ini, karena apabila tanpa didasari dengan kekuatan ibadah lahir dan ibadah batin yang sempurna, maka pemahaman ini justru bisa dimanfaatkan oleh iblis untuk menyesatkan aqidah, sebagaimana yang telah terjadi pada faham  Wahdatul Ujud  yang memahami bahwa Makhluk bisa bersatu dengan Tuhannya.

JAZBAH BAGI ORANG MAJZUBIEN


Jazbah ialah satu daya tarikan haq yang membuat sel sel tubuh,jaringan tubuh,dan organ tubuh bergetar .dan orang yang dialiri oleh getaran daya tarik haq ini disebut orang majzub/majzubien .Orang Majzub dengan daya tarik haq dapat sampai kepada tahap haqiqat dan makrifatulloh dalam tempo yang singkat dan seketika dibandingkan dengan pencapaian manusia lain. Ia seperti seseorang yang mendaki gunung menuju puncak dengan bantuan tali yangg ditarik dari atas puncak. Keadaan ini amatlah mudah berbanding orang yang mendaki tanpa bantuan dan tanpa dorongan, hanya semata-mata usaha. 

Singkat masa disini bukanlah berarti satu hari atau satu tahun, tetapi singkat masa yang disesuaikan dengan tingkat karomah. Nabi Muhammad s.a.w. menamatkan latihan kerohaniannya setelah beliau berumur 40 tahun lalu dilantik menjadi Rasul. Begitu juga dengan Syeikh Abdul Qadir Jilani dan para sultan awliya' yg lain dapat menamatkan latihan kerohanian mereka antara umur 40 - 90 tahun. Ini dikira cepat berbanding manusia biasa yang tidak sempat tamat latihan walau umur menjangkau 1 abad.Hal ini sebagai perbandingan ,bahwa dalam menuntut ilmu itu berlanjut sepanjang hayat.

Orang yang majzub/orang orang yang dialiri oleh getaran daya tarik haq dianugerahkan keringanan yaitu dapat melakukan banyak hal dalam waktu yang singkat ,sedangkan hal itu sangatlah sukar dan amat berat bagi orang biasa.Misalnya orang majzub mampu menghapal dan mengerti sesuatu dengan singkat ,cepat,tepat dan benar dengan refleksi autadillah,dan untuk orang biasa perlu berbulan bulan menghayatinya barulah dia bisa menghapal dan mengerti.

Seseorang yang majzub pertama mengenal keagungan serta kebesaran Tuhan dalam setiap masa dan saat tanpa lalai. Orang majzub selalu dipelihara oleh Allah dari bencana,bahaya dan malapetaka, Ia adalah satu anugerah khas dari Tuhan kepada hambaNya yang dipilih mengikut kehendakNya semata-mata dan ia bukan diminta.Semua itu bukan berasal dari hawa nafsu ,keinginan ,kemauaan,kecerdasan atau kepandaian yang ada pada dirinya,tetapi semua itu terjadi karena setiap saat dan setiap waktu mereka mendapatkan laduny,ilham,taupiq ,hidayah dan inayah.


Jika zaman nubuwwah hal ini berlaku pada para Nabi dan Rasul tetapi selepas zaman Rasulullah s.a.w. (zaman wilayah/ wali) ,hal yang seperti ini berlaku kepada para wali,autad,dan orang orang muttaqien. Orang majzub mempunyai mata hati,hati nurani,intuisi yang tajam setelah didapati setelah terbuka hijab.dan mendapatka kasyf dengan bashiroh ,muhatthob dan rukyatus sodiq.Beriku ini mari kita mencoba melihat pendapat tentang Majzub,untuk lebih jelas tentang makna dan arti majzub tersebut,

Para Masyaikh Naqsabandiyah mengatakan bahwa',Meneruskan Zikir Ismu Zat akan menghasilkan Jazbah.Jazbah adalah daya tarikan daripada Allah dengan cepat,Jazbah itu akan mengetarkan seluruh sel sel,jaringan jaringan,dan organ organ tubuh yang terisi oleh zikir ismuz zat menjadi darah daging bergetar memuji kepada Alloh.Zikir Nafi Itsbat akan menghasilkan perjalanan Suluk dengan cepat dalam munajad dan sirnya.Seseorang yang telah mendapatkan Jazbah oleh Allah swt tanpa perantara,tanpa keinginan dan kemauannya sendiri,digelarkan sebagai Mazjub Salik/majzubien dan ketika seseorang yang menempuh Suluk dengan segala amalan amalan para salik yang diijasahkan oleh guru yang kamal mukamil dan mendapatkan taupiq hidayah Taufiq Allah swt ,maka orang tersebut dipanggil sebagai Salik Mazjub.

Perbedaan yang jelas antara Salik Mazjub dan Majzub Salik.

Seorang Salik Mazjubtelah melalui berbagai peringkat keruhanian dengan menuntut secara salik,dengan amalan,zikir,riyadah,munajad,dan halwat.dan mengetahui tentang seluk-beluk dalam perjalanan keruhanian.

Seorang Mazjub Salik adalah seperti seorang yang telah dibawa kekuatan daya tarik zat yang tiba tiba mendorong dengan gerak getaran gelombangnya oleh sebuah kekuatan daya tarik haq tanpa usahanya sendiri dan tanpa hawa nafsu,pemikirin,dan kepandaian,namun hanya ada wuqub qolby .wuqub adadi dan wuqub zamani.Dengan kekuatan daya tarikan zat atau Jazbah/jizby,orang

orang majzub dapat mengenal segala rahasia ilahi dengan singkat dan seketika hanya semata mata karena jazbah/jizby yang bergerak dan bergetar dalam tubuhnya,Jazbah tersebut akan bergerak dengan getaran refleksi zat.

Dalam Suluk,seseorang Salik menempuh perjalanan keruhanian dengan usaha dan amalannya,yaitu dengan zikir,riyadah,hizib,munajad dan halwat,tetapi orang orang majzub dengan kekuatan Jazbahnya, segala peningkatan keruhanian yang didapatkannyaadalah sematamata limpahan ilham,laduny dari Allah swt.Jika tidak ada Jazbah/ daya tarikan zatnya pada diri,maka seseorang itu tidak akan dapat mencapai darjat Wilayat yaitu derajat Kewalian dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.