BUDAYA BAYAN DI TENGAH ARUS MODRNESASI
Suku Sasak Bayan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang di tengah
arus modernisasi tetap memegang teguh prinsip hidupnya. Bukan berarti
menolak pembaruan, mereka hidup berdampingan dengan pembaruan. Desa
Bayan terletak di Kabupaten Lombok Utara Nusa Tenggara Barat,Banyak hal
tentang kearifan masyarakat Bayan yang masih dipertahankan keberadaannya
sampai saat ini.Suku Bayan memegang teguh ajaran leluhur mereka yang
disebut "metu telu", yaitu segala sesuatu keluar dari tiga hal,yaitu fenomena
alam terjadi dengan beranak,bertelur dan tumbuh,Sumber kehidupan di
dunia berasal dari yang tiga tersebut, yang melahirkan (seperti
manusia), yang bertelur (seperti unggas), dan yang tumbuh (seperti
tanaman). "Selain itu sebagai manusia kita juga berasal dari tiga, yaitu
Ibu, Bapak dan Tuhan,dan ada tiga fase kehidupan yang dilalui manusia
yaitu lahir,mati,dan hidup di akhirat.
Masyarakat Bayan juga memaknai
hidup. Setiap tahap kehidupan diupacarakan, dari saat bayi lahir,
berusia 8 hari, lalu khitanan, menikah, hingga 1000 hari setelah wafat.
Kelestarian alam juga dipelihara betul. Sebelum musim tanam, masyarakat
akan bersama-sama membersihkan saluran air, lalu mengadakan upacara adat
di mata air yang terdapat di hutan adat. Ketika akan menanam benih,
ketika musim panen tiba semua diadakan upacara adat yang sarat makna.
Penebangan pohon tidak boleh dilakukan. Jika kedapatan menebang pohon,
akan didenda satu ekor kerbau.Banyak yang menyangka metu telu adalah
suatu ajaran agama. Metu Telu ini bukan agama, melainkan adat. Adat dan
agama tidak boleh bertentangan. Tata tertib itulah adat." Mereka
mngusung adat tanpa meninggalkan ajaran agama Islam yang mereka anut.
Perayaan adat yang besar yang sejalan dengan ajaran agama antara lain
saat idul fitri dan saat Maulid Nabi Muhammad. Tetapi setiap perayaan
tidak akan memberatkan warga, karena masyarakat saling membantu. Saling
mengirimkan kebutuhan untuk memasak dan mengerjakan semuanya
bersama-sama.Dulu Kerajaan Bayan dipimpin oleh seorang wanita dengan
pusat pemerintahan di Bayan Agung, Bayan Beleq .Pedaleman Bayan
merupakan satu komplek yang berisi beberapa bangunan berugak
(bale-bale/gazebo) dan bangunan untuk menyimpan pusaka. Komplek ini
dipagari dengan anyaman bambu, bangunan beratapkan alang-alang dan
terbuat dari kayu yang dibangun tanpa paku. Dalam komplek pedaleman,
terdapat empat buah beruga yang memiliki fungsi sendiri-sendiri. Salah
satunya adalah Berugak Agung yang berfungsi sebangai tempat musyawarah
atau disebut gundem, yang mencirikan sikap kebersamaan suku Bayan.
Selain itu setiap rumah wajib memiliki berugak untuk menjamu tamu.
Mesjid
Kuno bayan terletak di atas bukit tak jauh dari wilayah kampu pedaleman
Bayan . Mesjid ini diperkirakan sudah ada sejak 300 tahun sebelum
masehi. Mesjid ini pun sangat sederhana, berlantai tanah, beratap bambu
dan alang-alang dan berdinding anyaman kayu. Mesjid hanya dibuka untuk
upacara peringatan adat tertentu.Terlepas dari segala tradisi yang
kental dan dipegang teguh, mereka tidak menolak pembaruan. Mereka hidup
modern dan tidak menutup diri. Sebagian masyarakat masih bekerja
mencocok tanam, tetapi ada pula yang menjadi pegawai negri sipil dan
guru.Dari kearifan dan keserhanaan prinsip hidup masyarakat setempat.
Manusia dan alam hidup berdampingan dengan damai. Masyarakat tidak
menolak pembaruan, tanpa melupakan leluhur dan asal-usul kehidupan
mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar